Tanggal : 6 April-29 Mei 1453 Lokasi : Konstantinopel Hasil : Kemenangan telak Utsmaniyah;dan berakhirnya Kekaisaran Bizantium | |
Pihak yang terlibat | |
---|---|
Komandan | |
|
كنا عند عبدِ اللهِ بنِ عمرو بنِ العاصِ ، و سُئِلَ أيُّ المدينتيْنِ تُفتحُ أولًاالقسطنطينيةُ أو روميَّةُ ؟ فدعا عبدُ اللهِ بصندوقٍ له حِلَقٌ ، قال : فأخرج منه كتابًا قال : فقال عبدُ اللهِ : بينما نحنُ حولَ رسولِ اللهِ نكتبُ ، إذ سُئِلَ رسولُ اللهِ : أىُّ المدينتيْنِ تُفتحُ أولًا القسطنطينيةُ أو روميَّةُ ؟ فقال رسولُ اللهِ : مدينةُ هرقلَ تُفتحُ أولًا : يعني قسطنطينيةَ
“Kami berada di sisi Abdullah bin Amr bin Ash dan beliau ditanya tentang mana kota yang dibuka terlebih dahulu, apakah Konstantinopel ataukah Romawi? Maka beliau meminta untuk diambilkan sebuah kotak, lalu beliau mengeluarkan sebuah kitab lalu berkata: ‘Berkata Abdullah bin Mas’ud: Tatkala kami bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk menulis, tiba-tiba beliau ditanya: Manakah kota yang terlebih dahulu dibuka, apakah Konstantinopel ataukah Romawi?’. Maka beliau menjawab: ‘Yang dibuka terlebih dahulu adalah kota Heraklius’. YaituKonstantinopel“.
pernakah kalian mendengar hadist diatas ? atau mendengar tentang tertakluknya konstantinopel ? kota yang dianggap paling megah dan sulit ditaklukan.baik pada blog saya kali ini saya akan membahas lebih lanjut
Konstantinopel
merupakan kota terbesar dan termakmur di Eropa.Konstantinopel terkenal karena pertahanannya yang sangat kuat. Meskipun dikepung beberapa kali oleh berbagai bangsa, kota Bizantium berhasil direbut hanya pada tahun 1204 oleh tentara Latin Perang salib keempat, dipulihkan pada tahun 1261 oleh Kaisar Bizantium , Yang pertama, dinding kecil didirikan oleh Konstantinus I, dan mengelilingi kota. Kemudian, pada abad ke-5, Theodosius II membangun Tembok Theodosian, yang terdiri dari dinding ganda membentang sekitar 2 KM (1,2 mil) ke barat dari dinding pertama. Kota ini dibangun di atas tujuh bukit serta pada Tanduk Emas dan Laut Marmara, maka tersaji sebuah benteng yang tak tertembus melingkupi istana megah, kubah, dan menara, yang mencakup dua benua
USAHA-USAHA PARA KHALIFAH ISLAM
Para khalifah dan pemimpin Islam pun berusaha menaklukkan Konstantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H pada zaman Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk pada zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Konstantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh islam seljuk.Awal kurun ke-8 Hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi napas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat pada zaman Sultan Yildirim Bayazid saat dia mengepung kota itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinopel secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.
MEHMED II
Mehmed II lahir pada 30 Maret 1432 di Edirne, yang saat itu merupakan Ibu Kota Utsmaniyah. Ia merupakan anak dari Sultan Murad II (1404-51) dan Valide Sultan huma Hatun. Sultan Murad II memberikan fasilitas pendidikan yang sangat tinggi. Banyak guru yang mendidiknya, namun yang paling dekat dengannya adalah Syaikh Aaq Syamsuddin.
Sesuai
kebiasaan dalam Kekhalifahan Utsmaniyah kala itu, Mehmed II dikirim untuk
memimpin dan mencari pengalaman di sebuah kota bernama Amasya saat ia berusia
sebelas tahun. Tidak lama kemudian, tepatnya saat Mehmed II berusia 12 tahun,
ayahnya mengundurkan diri dari posisi Sultan, dan mengangkat Mehmed II sebagai
penggantinya. Pemikiran Sultan Murad II sangat terpengaruh oleh pemikiran
ulama-ulama Islam kala itu, khususnya oleh pemikiran penasihat terdekatnya,
Molla Gurani, serta Ak Semseddin, yang di kemudian hari mendorongnya untuk
menaklukkan kota Konstantinopel
Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih
telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Konstantinopel. Bahkan dia mengkaji usaha-usaha yang pernah
dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan
keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika dia naik
tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi
untuk menawan kota tersebut. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada
ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para
'ulama terulung pada zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Isma'il Al-Kurani telah
menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad II telah mengirim beberapa orang 'ulama untuk
mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu,
dia mengirim Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan izin kepadanya untuk memukul
Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya.
Waktu bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan
tentang hak yang diberikan oleh Sultan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul
oleh Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa ini sangat berkesan pada diri Amir
Muhammad, lantas setelah itu dia terus menghapal Al-Qur'an dalam waktu yang singkat. Di samping itu,
Asy-Syeikh Syamsuddin merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki.
Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur'an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan
sebagainya.
Syeikh Syamsyuddin lantas meyakinkan Amir
Muhammad bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam di dalam hadits pembukaan Konstantinopel. Ketika naik tahta, Sultan Muhammad segera
menemui Syeikh Syamsyuddin untuk menyiapkan bala tentara untuk penaklukan Konstantinopel. Peperangan itu memakan waktu selama 54 hari.
Persiapan pun dilakukan. Sultan berhasil menghimpun sebanyak 250 ribu tentara.
Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam
PERSIAPAN
Ketika
musim semi dan musim panas 1452, Mehmed II, sudah membangun benteng
di dekat Bosphorus di sisi Asia yang disebut Anadolu Hisarı yang
sekarang dibangun benteng kedua beberapa mil di utara Konstantinopel di
sisi Eropa, tepat di
seberang selat dari Anadolu Hisarı yang akan menaikkan pengaruh Turki di selat
itu.Adapun aspek terutama yang relevan dari benteng ini adalah kemampuannya
untuk mencegah bantuan dari koloni Genoa di pantai Laut Hitam dari
mencapai kota. Benteng ini disebut dengan Rumeli Hisarı, Rumeli dan Anadolu menjadi
nama-nama bagian Eropa dan Asia dari Kesultanan Utsmaniyah,
masing-masing. Benteng baru ini juga diketahui sebagai Boğazkesen,
yang memiliki makna, yaitu pemblokir-selat yang menekankan posisi strategis.
Nama Yunani benteng
itu adalah, Laimokopia yang juga menyandang makna ganda yang
sama. Pada Oktober 1452, Sultan Mehmed II memrintahkan Turakhan Beg dan
anaknya, Ahmad dan Omar untuk memimpin kekuatan besar untuk Peloponesia dan
tetap ada sepanjang musim dingin untuk menjaga para lalim Thomas dan Demetrios dari
membantu saudara mereka, Konstantinus selama
Pengepungan Konstantinopel.
Kaisar
Bizantium Konstantinus XI meminta Eropa Barat untuk
menolong, namun pertolongan itu tidak bertemu dengan sukses. Sejak saling
ekskomunikasi Ortodoks dan Katolik Roma pada tahun 1054, Katolik Roma
Barat telah berusaha untuk memperoleh kekuasaan atas timur; adapun serikat
telah mencoba sebelumnya di Lyon pada tahun 1274 dan memang,
beberapa kaisar Paleologos memang diterima di gereja Latin. Kaisar Yohanes VII
Palaiologos telah berusaha untuk bernegosiasi dengan Paus Eugenius IV, dan pada Konsili Florence yakni pada
tahun 1439 dan
menghasilkan proklamasi, di Florence dari Uni
Banteng.
Di
musim panas 1452, ketika tugas Rumeli Hisari sudah
selesai dan ancaman yang berasal dari Kesultanan Utsmaniyahsemakin dekat, Konstantinus menulis
surat untuk Paus untuk berjanji dan melaksanakan perserikatan tersebut. Adapun,
dinyatakan berlaku oleh pengadilan kekaisaran pada hari Selasa, 12 Desember 1452 dan pelaksanaannya dikerjakan
setengah hati. Walaupun dia sangat ingin untuk sebuah keuntungan, Paus
Nicolas V tidak mempunyai pengaruh Bizantium dan pikirnya memiliki lebih dari Raja-Raja Barat dan Pangeran-pangerannya,
beberapa di antaranya untuk waspada meningkatkan kontrol Kepausan, dan ini
bukanlah sarana buat berkontribusi dengan upaya, mengingat bahwa negara yang
melemah di Perancis dan Inggris dari Perang Seratus Tahun, sedang Spanyol berada dalam akhir Reconquista, selain itu pertempuran internal dalam Kerajaan Jerman,Hungaria dan Polandia yang mengalami kekalahan pada Pertempuran Varna pada 1444. Meskipun beberapa pasukan telah
datang dari negara kota perdagangan Italia bagian utara, kontribusi Barat
tidak memadai untuk mengimbangi kekuatan Utsmani. Beberapa individu barat
datang untuk mempertahankan kota untuk. Salah satunya adalah seorang prajurit
yang digunakan untuk melengkapi pasukan yang berasal dari Genoa, yaitu Giovanni Giustiniani, yang tiba dengan 700 pria bersenjata
lainnya di Januari 1453.Seorang spesialis dalam mempertahankan
kota-kota bertembok, ia langsung diberi komando pertahanan dinding tanah oleh
kaisar, sekitar pada waktu yang sama para kapten dari kapal Venesiakebetulan hadir di Tanduk Emas menawarkan jasa mereka pada
Kaisar, yaitu membuat pembatas yang berlawanan dari arah Venesia, dan Paus
Nicholas mengambil langkah untuk mengirimkan tiga buah kapal yang sarat akan
ketentuan, yang berlayar di dekat akhir Maret.Di Venesia, sementara itu, musyawarah
sedang berlangsung untuk mempertimbangkan jenis bantuan yang akan dipinjamkan
oleh Republik kepada Konstantinopel. Senat memutuskan untuk mengirim
armada, akan tetapi ada penundaan, dan akhirnya ditetapkan pada akhir April, tapi armada terlambat sehingga armada
yang dikirimkan itu tak ikut dalam pertempuran.Selanjutnya, 7 kapal Italia
keluar dari ibu kota saat Giustiniani, maka tiba-tiba ada seorang pria yang
bersumpah mempertahankan ibu kota. Pada saat yang sama, upaya Konstantinus
menjanjikan hadiah untuk Sultan, berakhir dengan ekskusi duta besar
Kaisar — bahkan diplomasi Bizantium tidak bisa menyelamatkan kota.Maka dia
pun segera mengajukan bermacam-macam tawaran kepada sultan agar mau menarik
pasukannya dan sebagai penggantinya akan menyetorkan uang dan akan menyatakan
ketaatan padanya dan tawaran-tawaran lainnya. Namun Sultan Muhammad Al-Fatih,
alih-alih menerima tawaran itu, malah dia dengan tegas meminta kaisar
menyerahkan kota Konstantinopel. Jika demikian, maka sultan akan memberi
jaminan bahwa tidak akan ada seorang penduduk pun dan satu gereja pun yang akan
diganggu.
Rantai yang di gunakan untuk memblokir laut
Karena khawatir akan serangan dari Angkatan Laut Kesultanan Utsmaniyah di sepanjang pantai Tanduk Emas, maka Konstantinus XI memerintahkan agar rantai diletakkan di mulut pelabuhan. Rantai yang mengapung di atas gelondongan kayu, cukup kuat untuk mencegah kapal Turki untuk memasuki pelabuhan. Perangkat ini adalah salah satu dari dua yang digunakan sebagai bantuan sementara oleh Bizantium dengan harapan untuk memperluaskan pengepungan sampai kemungkinan kedatangan bantuan asing. Angkatan Laut Utsmani berusaha melampaui rantai-rantai besar yang dipasang pasukan Bizantium, yang merupakan sarana utama mereka untuk melindungi kota dari serangan luar.Strategi ini berhasil diterapkan, karena pada tahun 1204 tentara Perang Salib Keempat berhasil dielakkan pertahanan tanah Konstantinopel dengan menerobos dinding perlindungan bagian sisi Tanduk Emas. Strategi lain yang digunakan oleh Bizantium adalah perbaikan dan fortifikasi tembok tanah, yaitu Dinding Theodosia. Kaisar Konstantinus XI dianggap perlu memastikan bahwa dinding Kabupaten Blachernae itu adalah yang paling dibentengi karena bagian dinding utara menonjol. Benteng tanah yang terdiri 60 ft (18 m), lebar parit depan yang bertangkup itu pada dinding-dindingnya bagian dalam dan luar diberi jarak setiap 50-60 meter untuk diletakkan di situ menara untuk mengawasi.
PENYERANGAN
Hari Jumat,
6 April 1453 M, Muhammad II bersama gurunya Syaikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya Halil Pasha
dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke
Konstantinopel dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dengan berbekal 150.000 ribu pasukan dan meriam
-teknologi baru pada saat itu- Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus
untuk masuk islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai dan membayar upeti
atau pilihan terakhir yaitu perang. Constantine menjawab
bahwa dia tetap akan mempertahankan kota dengan dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovani
Giustiniani dari Genoa.
Kota dengan benteng >10m
tersebut memang sulit ditembus, selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh
parit 7m. Dari sebelah barat pasukan artileri harus membobol benteng dua lapis,
dari arah selatan Laut Marmara pasukan laut Turki harus berhadapan dengan
pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur armada laut harus masuk
ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga
kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.
Berhari-hari hingga
berminggu-mingu benteng Byzantium tak bisa jebol, kalaupun runtuh membuat celah
maka pasukan Constantine langsung mempertahankan celah tsb dan cepat menutupnya
kembali. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng,
cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal.
Hingga akhirnya sebuah ide
yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam waktu semalam. Salah satu pertahanan
yang agak lemah adalah melalui Teluk Golden Horn yang sudah dirantai. Ide
tersebut akhirnya dilakukan, yaitu dengan memindahkan kapal-kapal melalui darat
untuk menghindari rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa
memasuki wilayah Teluk Golden Horn
Di pagi hari, Bizantium kaget bukan kepalang, mereka sama sekali tidak mengira Sultan Muhammad dan pasukannya menyeberangkan kapal-kapal mereka lewat jalur darat. 70 kapal laut diseberangkan lewat jalur darat yang masih ditumbuhi pohon-pohon besar, menebangi pohon-pohonnya dan menyeberangkan kapal-kapal dalam waktu satu malam adalah suatu kemustahilan menurut mereka, akan tetapi itulah yang terjadi.
29 Mei 1453 M, setelah sehari istirahat perang, pasukan Turki
Utsmani dibawah komando Sultan Muhammad II kembali menyerang total, diiringi
hujan dengan tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian army di
lapis kedua dan terakhir pasukan elit Yanisari. Giustiniani sudah menyarankan
Constantine untuk mundur atau menyerah tapi Constantine tetap konsisten hingga
gugur di peperangan. Kabarnya Constantine melepas baju perang kerajaannya dan
bertempur bersama pasukan biasa hingga tak pernah ditemukan jasadnya.
Giustiniani sendiri meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor
sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan
gugur di peperangan.
benteng yang tak tersentuh sebagai simbol kekuatan Bizantium itu akhirnya diserang oleh orang-orang yang tidak takut akan kematian. Akhirnya kerajaan besar yang berumur 11 abad itu jatuh ke tangan kaum muslimin. Peperangan besar itu mengakibatkan 265.000 pasukan umat Islam gugur. Pada tanggal 20 Jumadil Awal 857 H bersamaan dengan 29 Mei 1453 M, Sultan al-Ghazi Muhammad berhasil memasuki Kota Konstantinopel. Sejak saat itulah ia dikenal dengan nama Sultan Muhammad al-Fatih, penakluk Konstantinopel.Konstantinopel telah jatuh,
penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia/ Aya Sofia, dan
Sultan Muhammad II memberi perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik
Yahudi maupun Kristen karena mereka(penduduk) termasuk non muslim dzimmy (kafir yang harus dilindungi
karena membayar jizyah/pajak), muahad (yang terikat perjanjian), dan musta’man(yang
dilindungi seperti pedagang antar negara) bukan non muslim harbi (kafir yang
harus diperangi).
Saat memasuki Konstantinopel, Sultan Muhammad al-Fatih turun dari kudanya lalu sujud sebagai tanda syukur kepada Allah. Setelah itu, ia menuju Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan menggantinya menjadi masjid. Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota, pusat pemerintah Kerajaan Utsmani dan kota ini diganti namanya menjadi Islambul yang berarti negeri Islam, lalu akhirnya mengalami perubahan menjadi Istanbul.Toleransi tetap
ditegakkan, siapa pun boleh tinggal dan mencari nafkah di kota tersebut. Sultan
kemudian membangun kembali kota, membangun sekolah gratis, siapapun boleh
belajar, tak ada perbedaan terhadap agama, membangun pasar, membangun
perumahan, membangun rumah sakit, bahkan rumah diberikan gratis bagi pendatang
di kota itu dan mencari nafkah di sana.
No comments:
Post a Comment