Dinasti
Ayyubiyah
الأيوبيون
1171–1341
Ibukota:kairo
Daulah Ayyubiyah adalah sebuah
daulah besar yang berbentuk dinasti atau kerajaan yang berkuasa di timur tengah
dan berpusat di Mesir antara abad ke-12 sampai abad ke-13.
Sejarah Didirikan
Dinasti Ayyubiyah didirikan oleh
Shalahudin Al Ayyubi.Pada 1164, Nur al-Din memerintahkan Shirkuh untuk memimpin
pasukan ekspedisioner untuk menghalau pasukan Salib dari pendirian kekuasaan
mereka di Mesir. Shirkuh mengangmat putra
Ayyub, Saladin,
sebagai perwira di bawah komandonya. Mereka berhasil mendompleng Dirgham,
vizier Mesir, dan mengangkat lagi pendahulunya Shawar. Setelah diangkat lagi, Shawar memerintahkan
Shirkuh untuk menarik pasukannya dari Mesir, namun Shirkuh menolak, dengan
mengklaim Nur al-Din akan bersikukuh. Sepanjang tahun-tahun berikutnya,
Shirkuh dan Saladin mengalahkan pasukan kombinasi pasukan Salib dan Shawar,
mula-mula di Bilbais, kemudian di sebuah tempat dekat Giza, dan di Iskandariyah, dimana
Saladin singgah untuk berlindung saat Shirkuh membujuk pasukan Salib di Mesir Hilir.
Shawar wafat pada 1169 dan Shirkuh menjadi vizier,
namun ia juga wafat setahun kemudian. Setelah Shirkuh wafat, Saladin
diangkat menjadi vizier oleh khalifah Fatimiyah al-Adid karena "tak ada yang lebih waras atau
lebih muda" ketimbanb Saladin, dan "tidak ada satupun emir yang menaunginya atau
melayaninya", menurut kronik Muslim abad pertengahan Ibnu al-Athir. Saladin kemudian
menyadari bahwa ia sendiri lebih independen ketimbang sebelmnya pada masa
karirnya, tertama saat Nur al-Din melakukan upaya berpengaruh di Mesir. Ia
mengijinkan kakak Saladin, Turan-Shah, untuk menaungi Saladin dalam
tawaran keluarga Ayyubiyah dan kemudian menempatkan jabatannya di Mesir. Nur
al-Din mengiyakan permintaan Saladin agar ia bergabung dengan ayahnya Ayyub.
Namun, Ayyub utamanya mengamini agar kedaulatan Abbasiyah diproklamasikan di
Mesir, dimana Saladin berkuasa karena jabatannya sebagau vizier Fatimiyah.
Meskipun Nur al-Din gagal membujuk Ayyubiyah bersaing, terutama sejumlah
gubernur lokal di Suriah, tidak secara bulat membalikkan Saladin.
Saladin mengkonsolidasikan kekuasaannya di Mesir
setelah memerintahkan Turan-Shah untuk meredam sebuah pemberontakan di Kairo yang dilakukan oleh
resimen Nubiasebanyak 50,000
pasukan pimpinan tentara Fatimiyah. Setelah kesuksesan tersebut, Saladin mulai
memberikan jabatan tingkat tinggi kepada para anggota keluarganya di negara
tersbeut dan meningkatkan pengaruh Muslim Sunni di Kairo yang didominasi Muslim
Syiah dengan memerintahkan pembangunan sebuah kolese untuk fikih Maliki Islam Sunni di
kota tersebut, dan yang lainnya untuk aliran Syafi'i, yang
ditempatkan di al-Fustat. Pada 1171, al-Adid wafat dan Saladin
memajukan kekuasaannya, secara efektif mengambil alih kekuasaan atas negara
tersebut. Setelah merebut kekuasaan, ia mengalihkan persekutuan Mesir ke
Kekhalifahan Abbasiyah yang berbasis Baghdad yang
menganut Islam Sunni.
Penaklukan
Palestina(jerussalem)
Pada 3
Juli 1187 Shalahuddin dan pasukannya mengepung wilayah Tiberias timur galilea,
sementara Pasukan Salib sedang mengadakan persiapan untuk menyerang Daulah
Ayyubiyah. Mendengar hal itu, Shalahuddin langsung bertolak menuju pusat
pemerintahannya di Kafr Sabt –sebuah daerah di Utara Palestina-. Ia
meninggalkan pasukannya di Tiberias, dan memerintahkan pasukannya yang lain
untuk mencegat Pasukan Salib di wilayah Hattin. 4 Juli 1187,tentara Salib maju
ke Tanduk Hattin dan bertarung melawan
pasukan Muslim terjadi peperangan besar antara Shalahuddin dan pasukannya
dengan tentara Salib, perang ini dikenal dengan Perang Hattin. Pada perang ini,
sebanyak 20.000 tentara Salib berhasil dikalahkan, di antara mereka ada yang
mati kehausan dan kepanasan. Sedangkan Raja Jerusalem yang memimpin Pasukan
Salib di perang ini, Guy de Lusignan, berhasil ditawan.Empat hari setelah pertempuran,
Saladin mengundang al-Adil untuk bergabung dengannya dalam penaklukan
kembali Palestina. Pada 8
Juli, kekuatan tentara Salib di Acre direbut
oleh Saladin, sementara pasukannya merebut Nazarethdan Saffuriya; brigade lainnya merebut Haifa, Caesarea, Sebastia dan Nablus, sementara al-Adil
menaklukkan Mirabel dan Jaffa. Pada 26 Juli, Saladin kembali ke pesisir dan
meraih Sarepta, Sidon, Beirut, dan Jableh. Pada
Agustus, Ayyubiyah menaklukan Ramla, Darum, Gaza, Bayt Jibrin, dan Latrun. Ascalon direbut
pada 4 September. Pada September–Oktober 1187, Ayyubiyah mengepung Yerusalem, merebutnya pada 2 Oktober setelah
negosiasi dengan Balian dari Ibelin.
Penaklukan
Transyordania
Karak dan Mont Real di Transyordania kemudian direbut,
disusul oleh Safad di timur laut Galilea. Pada akhir 1187,
Ayyubiyah meraih kekuasaan atas seluruh kerajaan tentara Salib di Syam dengan pengecualian Tyre, yang berada di
bawah kepemimpinan Conrad dari Montferrat. Pada
Desember, tentara Ayyubiyah yang terdiri dari garisun Saladin dan
saudara-saudaranya dari Aleppo, Hamat, dan Mesir mengepung Tyre. Setengah
armada angkatan laut Muslim direbut oleh pasukan Conrad pada 29 Desember, disusul
oleh kekalahan Ayyubiyah di garis pesisir kota tersebut. Pada 1 Januari 1188,
Saladin mengadakan sebuah konsili perang dimana penarikan diri dari Tripoli
disepakati. Meskipun mereka bertarung dengan tentara Salib di Syam, pasukan
Ayyubiyah di bawah pimpinan Sharaf al-Din menggulingkan kekuasaan Kairouan dari
Almohad di Afrika Utara.
Perang
salib Ketiga
Kekalahan
yang dialami Pasukan Salib di tahun 1187 menyisakan dendam dan keinginan untuk
merebut kembali wilayah-wilayah kekuasaan mereka yang telah terlepas. Pada
tahun 1189, Paus Gregory VIII menyerukan Perang Salib III melawan kaum
Muslim pada awal 1189. Frederick
Barbarossa dari Kekaisaran
Romawi Suci, Philip Augustus dari
Perancis, dan Richard
si Hati Singa dari Inggris membentuk sebuah alainsi untuk
menaklukkan kembali Yerusalem. Setelah itu, pasukan Salib dan Ayyubiyah
bertarung di dekat Acre pada tahun tersebut dan diikuti oleh bala bantuan dari
Eropa. Dari 1189 sampai 1191, Acre dikepung oleh pasukan Salib, dan meskipun
Muslim mengalami kesuksesan awal, kota tersebut jatuh ke tangan pasukan
Richard sebagian Pasukan Islam ditawan oleh Richard, dan ia meminta dua
syarat jika Shalahuddin menginginkan pasukannya dibebaskan; pertama, membayar
tebusan sebesar 200.000 keping emas, kedua, Pasukan Islam harus memperbaiki
Salib Suci. Namun syarat ini tidak dipenuhi oleh Pasukan Islam dan Richard
membantai 2700 tawanan tersebut.Pembantaian 2,700 penduduk Muslim terjadi, dan
pasukan Salib berencana untuk merebut Ascalon di bagian selatan.Pasukan Salib,
yang sekarang bersatu di bawah komando Richard, mengalahkan Saladin di Pertempuran Arsuf, membolehkan pasukan
Salib menaklukkan Jaffa dan sebagian besar pesisir Palestina, namun mereka tak
dapat memulihkan kawasan-kawasan dalam. Selain itu, Richard menandatangani
sebuah traktat dengan Saladin pada 1192,
merestorasi Kerajaan Yerusalem pada jalur pesisir antara Jaffa dan Beirut.
Kejatuhan,serangan
Mongol dan Kebangkitan Bani Mamluk
Ayyubiyah berada di bawah kedaulatan nominal
Kekaisaran Mongol setelah pasukan Mongol mentargetkan wilayah kekuasaan
Ayyubiyah di Anatolia pada 1244. An-Nasir Yusuf mengirim sebuah kedutaan besar
ke ibukota Mongol Karakorum pada
1250, tak lama setelah meraih kekuasaan. Namun, pemahaman tersebut tak tercapai
dan Khan Agung Mongol, Möngke, mengeluarkan
perintah kepada saudaranya Hulagu untuk
meluaskan wilayah kekaisaran tersebut ke Sungai Nil. Hulagu pun menghimpun
120,000 tentara dan pada 1258, merebut Baghdad dan membantai para penduduknya,
termasuk Khalifah al-Musta'sim dan sebagian besar keluarganya setelah Ayyubiyah
gagal untuk menghimpun tentara untuk melindungi kota tersebut. Pada tahun
yang sama, bangsa Mongol merebut Diyar Bakr dari Ayyubiyah.
An-Nasir Yusuf mengirim seorang delegasi ke Hulagu
setelahnya, untuk mengulang lagi ajuannya. Hulagu menolak untuk menerimanya dan
an-Nasir Yusuf meminta bantuan ke Kairo. Peristiwa tersebut bertepatan dengan
sebuah kudeta sukses oleh Mamluk yang berbasis di Kairo melawan kepemimpinan
simbolik Ayyubiyah di Mesir, dengan pasukan Qutuz resmi merebut kekuasaan.
Sementara itu, pasukan Ayyubiyah ditempatkan di Birzeh, tepat di utara Damaskus untuk
mempertahankan kota tersebut melawan bangsa Mongol yang sekarang berpawai
menuju utara Suriah. Aleppo kemudian dikepung selama
seminggu dan pada Januari 1260, kota tersebut jatuh ke tangan bangsa
Mongol. Masjid Besar dan Istana Aleppo dirampas dan sebagian
besar penduduknya dibunuh atau dijual menjadi budak. Penghancuran Aleppo
menyebabkan kepanikan bagi Muslim Suriah ; emir Ayyubiyah Homs, al-Ashraf
Musa, menawarkan persekutuan dengan Mongol atas persetujuan tentara mereka dan
membolehkan keberlanjutan pemerintahan di kota tersebut oleh Hulagu. Hama juga
menyerah tanpa perlawanan, namun tidak menggabungkan pasukan dengan
Mongol. An-Nasir Yusuf memutuskan untuk kabur ke Damaskus untuk mencari
perlindungan di Gaza.
Hulagu berangkat ke Karakorum dan meninggalkan Kitbuqa, seorang
jenderal Kristen
Nestorian, untuk melanjutkan penaklukan Mongol. Damaskus menyerah
setelah kedatangan tentara Mongol, namun tidak dihancurkan seperti kota-kota
Muslim lainnya yang ditaklukkan. Namun, dari Gaza, an-Nasir Yusuf memutuskan
untuk memajukan garisun kecil yang ia tinggalkan di Istana Damaskus untuk
memberontak melawan penjajah Mongol. Mongol membalasnya dengan meluncurkan
serangan artileri masif ke istana tersebut dan saat menyadari bahw an-Nasir
Yusuf tak dapat mencapai kota tersebut dengan bala bantuan, garisun tersebut
menyerah.
Mongols melanjutkannya dengan menaklukkan Samaria,
membunuh sebagian besar garisun Ayyubiyyah di Nablus, dan kemudian maju ke
selatan, sampai ke Gaza,a tanpa halangan. An-Nasir Yusuf kemudian ditaklukkan
oleh Mongol dan memajukan garisun di Ajlun untuk menaklukkannya. Setelah itu,
gubernur Ayyubiyyah junior Banyas bersekutu dengan Mongol, yang
sekarang meraih kekuasaan atas sebagian besar Suriah dan al-Jazira, secara
efektif mengakhiri kekuasaan Ayyubiyyah di kawasan tersebut. Pada 3 September
1260, tentara Mamluk yang berbasis di Mesir pimpinan Qutuz dan Baibars menantang
otoritas Mongol dan mengalahkan pasukan mereka dalam Pertempuran
Ain Jalut, di luar Zir'in, Lembah Jezreel. Lima
hari kemudian, Mamluk merebut Damaskus dan dalam sebulan, sebagian besar Suriah
berada dalam cengkeraman Bani Mamluk. Sementara itu, an-Nasir Yusuf dibunuh
saat ditangkap.
No comments:
Post a Comment