Sunday, September 24, 2017

Dinasti Ayyubiyah

Dinasti Ayyubiyah
الأيوبيون
1171–1341
Ibukota:kairo

Daulah Ayyubiyah adalah sebuah daulah besar yang berbentuk dinasti atau kerajaan yang berkuasa di timur tengah dan berpusat di Mesir antara abad ke-12 sampai abad ke-13.

Sejarah Didirikan
Dinasti Ayyubiyah didirikan oleh Shalahudin Al Ayyubi.Pada 1164, Nur al-Din memerintahkan Shirkuh untuk memimpin pasukan ekspedisioner untuk menghalau pasukan Salib dari pendirian kekuasaan mereka di Mesir. Shirkuh mengangmat putra Ayyub, Saladin, sebagai perwira di bawah komandonya. Mereka berhasil mendompleng Dirgham, vizier Mesir, dan mengangkat lagi pendahulunya Shawar. Setelah diangkat lagi, Shawar memerintahkan Shirkuh untuk menarik pasukannya dari Mesir, namun Shirkuh menolak, dengan mengklaim Nur al-Din akan bersikukuh. Sepanjang tahun-tahun berikutnya, Shirkuh dan Saladin mengalahkan pasukan kombinasi pasukan Salib dan Shawar, mula-mula di Bilbais, kemudian di sebuah tempat dekat Giza, dan di Iskandariyah, dimana Saladin singgah untuk berlindung saat Shirkuh membujuk pasukan Salib di Mesir Hilir.
Shawar wafat pada 1169 dan Shirkuh menjadi vizier, namun ia juga wafat setahun kemudian. Setelah Shirkuh wafat, Saladin diangkat menjadi vizier oleh khalifah Fatimiyah al-Adid karena "tak ada yang lebih waras atau lebih muda" ketimbanb Saladin, dan "tidak ada satupun emir yang menaunginya atau melayaninya", menurut kronik Muslim abad pertengahan Ibnu al-Athir. Saladin kemudian menyadari bahwa ia sendiri lebih independen ketimbang sebelmnya pada masa karirnya, tertama saat Nur al-Din melakukan upaya berpengaruh di Mesir. Ia mengijinkan kakak Saladin, Turan-Shah, untuk menaungi Saladin dalam tawaran keluarga Ayyubiyah dan kemudian menempatkan jabatannya di Mesir. Nur al-Din mengiyakan permintaan Saladin agar ia bergabung dengan ayahnya Ayyub. Namun, Ayyub utamanya mengamini agar kedaulatan Abbasiyah diproklamasikan di Mesir, dimana Saladin berkuasa karena jabatannya sebagau vizier Fatimiyah. Meskipun Nur al-Din gagal membujuk Ayyubiyah bersaing, terutama sejumlah gubernur lokal di Suriah, tidak secara bulat membalikkan Saladin.
Saladin mengkonsolidasikan kekuasaannya di Mesir setelah memerintahkan Turan-Shah untuk meredam sebuah pemberontakan di Kairo yang dilakukan oleh resimen Nubiasebanyak 50,000 pasukan pimpinan tentara Fatimiyah. Setelah kesuksesan tersebut, Saladin mulai memberikan jabatan tingkat tinggi kepada para anggota keluarganya di negara tersbeut dan meningkatkan pengaruh Muslim Sunni di Kairo yang didominasi Muslim Syiah dengan memerintahkan pembangunan sebuah kolese untuk fikih Maliki Islam Sunni di kota tersebut, dan yang lainnya untuk aliran Syafi'i, yang ditempatkan di al-Fustat. Pada 1171, al-Adid wafat dan Saladin memajukan kekuasaannya, secara efektif mengambil alih kekuasaan atas negara tersebut. Setelah merebut kekuasaan, ia mengalihkan persekutuan Mesir ke Kekhalifahan Abbasiyah yang berbasis Baghdad yang menganut Islam Sunni.
Penaklukan Palestina(jerussalem)
Pada 3 Juli 1187 Shalahuddin dan pasukannya mengepung wilayah Tiberias timur galilea, sementara Pasukan Salib sedang mengadakan persiapan untuk menyerang Daulah Ayyubiyah. Mendengar hal itu, Shalahuddin langsung bertolak menuju pusat pemerintahannya di Kafr Sabt –sebuah daerah di Utara Palestina-. Ia meninggalkan pasukannya di Tiberias, dan memerintahkan pasukannya yang lain untuk mencegat Pasukan Salib di wilayah Hattin. 4 Juli 1187,tentara Salib maju ke Tanduk Hattin dan bertarung melawan pasukan Muslim terjadi peperangan besar antara Shalahuddin dan pasukannya dengan tentara Salib, perang ini dikenal dengan Perang Hattin. Pada perang ini, sebanyak 20.000 tentara Salib berhasil dikalahkan, di antara mereka ada yang mati kehausan dan kepanasan. Sedangkan Raja Jerusalem yang memimpin Pasukan Salib di perang ini, Guy de Lusignan, berhasil ditawan.Empat hari setelah pertempuran, Saladin mengundang al-Adil untuk bergabung dengannya dalam penaklukan kembali Palestina. Pada 8 Juli, kekuatan tentara Salib di Acre direbut oleh Saladin, sementara pasukannya merebut Nazarethdan Saffuriya; brigade lainnya merebut HaifaCaesareaSebastia dan Nablus, sementara al-Adil menaklukkan Mirabel dan Jaffa. Pada 26 Juli, Saladin kembali ke pesisir dan meraih SareptaSidonBeirut, dan Jableh. Pada Agustus, Ayyubiyah menaklukan RamlaDarumGazaBayt Jibrin, dan LatrunAscalon direbut pada 4 September. Pada September–Oktober 1187, Ayyubiyah mengepung Yerusalem, merebutnya pada 2 Oktober setelah negosiasi dengan Balian dari Ibelin.
Penaklukan Transyordania
Karak dan Mont Real di Transyordania kemudian direbut, disusul oleh Safad di timur laut Galilea. Pada akhir 1187, Ayyubiyah meraih kekuasaan atas seluruh kerajaan tentara Salib di Syam dengan pengecualian Tyre, yang berada di bawah kepemimpinan Conrad dari Montferrat. Pada Desember, tentara Ayyubiyah yang terdiri dari garisun Saladin dan saudara-saudaranya dari Aleppo, Hamat, dan Mesir mengepung Tyre. Setengah armada angkatan laut Muslim direbut oleh pasukan Conrad pada 29 Desember, disusul oleh kekalahan Ayyubiyah di garis pesisir kota tersebut. Pada 1 Januari 1188, Saladin mengadakan sebuah konsili perang dimana penarikan diri dari Tripoli disepakati. Meskipun mereka bertarung dengan tentara Salib di Syam, pasukan Ayyubiyah di bawah pimpinan Sharaf al-Din menggulingkan kekuasaan Kairouan dari Almohad di Afrika Utara.
Perang salib Ketiga
Kekalahan yang dialami Pasukan Salib di tahun 1187 menyisakan dendam dan keinginan untuk merebut kembali wilayah-wilayah kekuasaan mereka yang telah terlepas. Pada tahun 1189, Paus Gregory VIII menyerukan Perang Salib III melawan kaum Muslim pada awal 1189. Frederick Barbarossa dari Kekaisaran Romawi SuciPhilip Augustus dari Perancis, dan Richard si Hati Singa dari Inggris membentuk sebuah alainsi untuk menaklukkan kembali Yerusalem. Setelah itu, pasukan Salib dan Ayyubiyah bertarung di dekat Acre pada tahun tersebut dan diikuti oleh bala bantuan dari Eropa. Dari 1189 sampai 1191, Acre dikepung oleh pasukan Salib, dan meskipun Muslim mengalami kesuksesan awal, kota tersebut jatuh ke tangan pasukan Richard sebagian Pasukan Islam ditawan oleh Richard, dan ia meminta dua syarat jika Shalahuddin menginginkan pasukannya dibebaskan; pertama, membayar tebusan sebesar 200.000 keping emas, kedua, Pasukan Islam harus memperbaiki Salib Suci. Namun syarat ini tidak dipenuhi oleh Pasukan Islam dan Richard membantai 2700 tawanan tersebut.Pembantaian 2,700 penduduk Muslim terjadi, dan pasukan Salib berencana untuk merebut Ascalon di bagian selatan.Pasukan Salib, yang sekarang bersatu di bawah komando Richard, mengalahkan Saladin di Pertempuran Arsuf, membolehkan pasukan Salib menaklukkan Jaffa dan sebagian besar pesisir Palestina, namun mereka tak dapat memulihkan kawasan-kawasan dalam. Selain itu, Richard menandatangani sebuah traktat dengan Saladin pada 1192, merestorasi Kerajaan Yerusalem pada jalur pesisir antara Jaffa dan Beirut.

Kejatuhan,serangan Mongol dan Kebangkitan Bani Mamluk
Ayyubiyah berada di bawah kedaulatan nominal Kekaisaran Mongol setelah pasukan Mongol mentargetkan wilayah kekuasaan Ayyubiyah di Anatolia pada 1244. An-Nasir Yusuf mengirim sebuah kedutaan besar ke ibukota Mongol Karakorum pada 1250, tak lama setelah meraih kekuasaan. Namun, pemahaman tersebut tak tercapai dan Khan Agung Mongol, Möngke, mengeluarkan perintah kepada saudaranya Hulagu untuk meluaskan wilayah kekaisaran tersebut ke Sungai Nil. Hulagu pun menghimpun 120,000 tentara dan pada 1258, merebut Baghdad dan membantai para penduduknya, termasuk Khalifah al-Musta'sim dan sebagian besar keluarganya setelah Ayyubiyah gagal untuk menghimpun tentara untuk melindungi kota tersebut. Pada tahun yang sama, bangsa Mongol merebut Diyar Bakr dari Ayyubiyah.
An-Nasir Yusuf mengirim seorang delegasi ke Hulagu setelahnya, untuk mengulang lagi ajuannya. Hulagu menolak untuk menerimanya dan an-Nasir Yusuf meminta bantuan ke Kairo. Peristiwa tersebut bertepatan dengan sebuah kudeta sukses oleh Mamluk yang berbasis di Kairo melawan kepemimpinan simbolik Ayyubiyah di Mesir, dengan pasukan Qutuz resmi merebut kekuasaan. Sementara itu, pasukan Ayyubiyah ditempatkan di Birzeh, tepat di utara Damaskus untuk mempertahankan kota tersebut melawan bangsa Mongol yang sekarang berpawai menuju utara Suriah. Aleppo kemudian dikepung selama seminggu dan pada Januari 1260, kota tersebut jatuh ke tangan bangsa Mongol. Masjid Besar dan Istana Aleppo dirampas dan sebagian besar penduduknya dibunuh atau dijual menjadi budak. Penghancuran Aleppo menyebabkan kepanikan bagi Muslim Suriah ; emir Ayyubiyah Homs, al-Ashraf Musa, menawarkan persekutuan dengan Mongol atas persetujuan tentara mereka dan membolehkan keberlanjutan pemerintahan di kota tersebut oleh Hulagu. Hama juga menyerah tanpa perlawanan, namun tidak menggabungkan pasukan dengan Mongol. An-Nasir Yusuf memutuskan untuk kabur ke Damaskus untuk mencari perlindungan di Gaza.
Hulagu berangkat ke Karakorum dan meninggalkan Kitbuqa, seorang jenderal Kristen Nestorian, untuk melanjutkan penaklukan Mongol. Damaskus menyerah setelah kedatangan tentara Mongol, namun tidak dihancurkan seperti kota-kota Muslim lainnya yang ditaklukkan. Namun, dari Gaza, an-Nasir Yusuf memutuskan untuk memajukan garisun kecil yang ia tinggalkan di Istana Damaskus untuk memberontak melawan penjajah Mongol. Mongol membalasnya dengan meluncurkan serangan artileri masif ke istana tersebut dan saat menyadari bahw an-Nasir Yusuf tak dapat mencapai kota tersebut dengan bala bantuan, garisun tersebut menyerah.
Mongols melanjutkannya dengan menaklukkan Samaria, membunuh sebagian besar garisun Ayyubiyyah di Nablus, dan kemudian maju ke selatan, sampai ke Gaza,a tanpa halangan. An-Nasir Yusuf kemudian ditaklukkan oleh Mongol dan memajukan garisun di Ajlun untuk menaklukkannya. Setelah itu, gubernur Ayyubiyyah junior Banyas bersekutu dengan Mongol,  yang sekarang meraih kekuasaan atas sebagian besar Suriah dan al-Jazira, secara efektif mengakhiri kekuasaan Ayyubiyyah di kawasan tersebut. Pada 3 September 1260, tentara Mamluk yang berbasis di Mesir pimpinan Qutuz dan Baibars menantang otoritas Mongol dan mengalahkan pasukan mereka dalam Pertempuran Ain Jalut, di luar Zir'inLembah Jezreel. Lima hari kemudian, Mamluk merebut Damaskus dan dalam sebulan, sebagian besar Suriah berada dalam cengkeraman Bani Mamluk. Sementara itu, an-Nasir Yusuf dibunuh saat ditangkap.

No comments:

Post a Comment